Saat merajut, ibu senang menyanyikan
lagu yang diajarkan ayah dahulu
kepadaku, tentang prajurit yang jadi kecil dilibas deru dan murka
senapan dan tanktank durhaka
tetapi tak pernah lipur dari keningnya yang luka
: janji menjaga diri dan pulang ke desa
Lagu itu, dinyanyikan kembali olehnya
dalam bahasa bumi
dalam kuntumkuntum sepi
Bila merah terasa makin darah
dan nganga jadi lebih luka
suara menerbangkan jelma puisi
berkepakkepak
berdamaidamai yang hangat
mengepul dan berhias di langit kalbu
Sunday 20 March 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment