Tuesday 22 March 2011

APAKAH SEMUA INI



Apakah sama antara gelap gulita dengan cahaya?
Apakah sama antara mata yang buta dengan yang melihat?
Apakah sama antara pemberani dan pengecut?
Apakah sama antara pemenang dan pecundang?
Apakah sama antara malam dengan siang?
Apakah sama antara kehidupan dunia dengan akhirat?
Apakah sama antara kebenaran dan kebatilan?
Apakah sama antara Pencipta dengan ciptaan-Nya?
Apakah sama antara orang yang beriman dengan yang kafir?
Maka katakanlah dengan pasti
Tidak sama dan tidak akan pernah sama
ada batas yang jelas antara keduanya
Tidak akan pernah bisa kau diantara pertengahan keduanya
Maka jika kau ada di pertengahan
hanya ada dua kemungkinan
kau memilih menjadi hitam
atau kau memilih menjadi putih?

YA_ALLAH

Tuhanku!
Engkau tahu aku ini hamba-Mu
Yang selalu berkubang dalam dosa
Meski sekuat tenaga kulawan nafsuku
Tapi hasrat telah membimbingku untuk menurutinya

Tuhanku!
Aku tahu Engkau Maha Penyayang
Mahakasih atas seluruh makhluk-Mu
Tapi pantaskah aku menerima kasih-Mu?
Padahal diriku ini begitu hina
Aku hanyalah serigala hitam berbulu putih domba
Tapi Engkau Mahaagung
Engkau tetap berikan rezeki setiap makhluk di dunia ini
Engkau ampuni mereka yang memohon ampun pada-Mu
Padahal Engkau juga tahu
Kebanyakan dari mereka lalai akan-Mu

Tuhanku!
Janganlah Engkau berpaling dariku
Sebab kasih-Mu lah yang telah membuatku hidup
Sebab sayang-Mu lah yang membuatku berada dalam keimanan ini
Meskipun aku tidak baik mengamalkannya

Tuhanku!
Dalam munajatku ini
Aku mohon pada-Mu
Ampunilah aku ya Rabb!
Tuntun aku menuju cahaya-Mu

DAUN BERGUGURAN

Pada daun gugur senja ini
kata tertulis liku nadi
hasil sintesa mengendap di tepian
lalu lenyap untuk sirna
tak ada tempat di abadi

Pada daun gugur senja ini
Saputan klorofil mengintip sederhana
serupa senyum ibu
mewarnakan muram
pergilah pada berkas matahari
pergilah pada lapis-lapis langit

Pada daun gugur senja ini
wangi pucuk muda merintih
titisan kesturi menari berteman senandung dari rumput

Pada daun gugur senja ini
ku torehkan mimpi di ujungnya
jika tak terbangkan angin
rebah saja di peluk bumi
tanah bernyanyi
kau tertahan di pucuknya
----------------------------------------------------------------------------------
Pada daun gugur senja ini
kata tertulis liku nadi
hasil sintesa mengendap di tepian
lalu lenyap untuk sirna
tak ada tempat di abadi

Pada daun gugur senja ini
Saputan klorofil mengintip sederhana
serupa senyum ibu
mewarnakan muram
pergilah pada berkas matahari
pergilah pada lapis-lapis langit

Pada daun gugur senja ini
wangi pucuk muda merintih
titisan kesturi menari berteman senandung dari rumput

Pada daun gugur senja ini
ku torehkan mimpi di ujungnya
jika tak terbangkan angin
rebah saja di peluk bumi
tanah bernyanyi
kau tertahan di pucuknya

SAKSIKAN LAH

Kau ciptakan aku sebegini, Rabbi...
lemah aqal karena dominasi perasaan
,tapi aku ingin berbeda dengan wanita umumnya
hanya karena aku seorang mukminah, muslimah, 'abdillah

Kau ciptakan aku suka perhiasan,
maka akan kutahan kesukaanku di dunia
dan biarkan akhirat yang menjadikanku puas
dengan tameng shaum pandangan terhadap apa yang terlihat

Kau ciptakan aku berhati lemah,
maka akan setiap tangisan kurindukan ukhrawi
untuk duniawi tak kusisakan sedikitpun penyesalan
dengan tameng shaum pendengaran terhadap kesenangan

Kau ciptakan aku rendah persaksian,
maka akan kuperbanyak tilawah dan doa-doaku
kujauhi pergaulan selain di tempat afiliasi dan majelis ilmu
dengan tameng shaum ucapan karena lisan begitu menggelincirkan

Sungguh aku takkan mengeluh,
meskipun aku iri dengan apa yang Kau berikan kepada mereka
kaum adam

Sungguh aku hanya berhak bersyukur,
walaupun penghuni narMu kebanyakan adalah golonganku
kaum hawa

Namun, saksikanlah
aku akan menjadi gharib yang asing
karena tak sama seperti annisa umumnya
saksikanlah
aku akan menjadi pendamping pejuang
sehingga aku kan menyertainya di jannah

Ya Allah, peliharalah aku
seperti Kau pelihara bidadari-bidadari surga
yang sebelumnya menghuni dunia dengan totalitas ta'at
bukankah rasulmu bilang seorang wanita shalihah adalah lebih baik dari 1000 laki-laki shalih?
bukankah rasulmu mengatakan bahwa pancang negara itu ada pada kami?
bukankah rasulmu bilang sebaik-baik pria adalah yang paling baik terhadap istri?
bukankah rasulmu mengatakan bahwa perhiasan terindah adalah wanita shalihah?
bukankah rasulmu bilang jannah itu ada di bawah telapak kaki ibu?

Kau ciptakan aku seperti ini, Rabbi...
menjadi yang terkuat karena kasih sayang
,melainkan aku akan semakin kokoh tak tertumbangkan
hanya karena aku Kau pelihara,
sesungguhnya Engkau sebaik-baik Pemelihara
--

SERUAN HATIKU





• alhamdulillah.. lagu ni mmg menyentuh hati. but one thing to be remember..
cinta yg harus kita cari ialah cinta Ilahi.. hanya padaNya kita dpt merasai keindahan cinta..=)
hanya Allah akn membalas cinta yg kita curahkan... hidup didunia hanyalah sementara...

• ايه احتاج لايه لو كنت جنبي معايا ديما قوللي ايه
ياه ده انا من زمان محتاجة لقلب يحس بيا واحس بيه
Apakah yang dikejar dalam hidupku lagi
Sekiranya kau sudah di sampingku
Sentiasa bersamaku
Apa lagi yang harus aku katakan
Aku di sini sejak dahulu lagi
Memerlukan hatimu untuk merasai cintamu
Dan aku merasai cintamu

• ياه ضمني ليك ده انت حبيبي حياتي ليك
وهاعيش عمري عشان عينيك وعمري فداك
Kekasihku peluklah daku
Kaulah kekasihku
Hidupku hanya untukmu
Aku hidup kerana kedua matamu
Hidupku akan kupertaruhkan

• ياه قلبي نداك واتمناك تبقى انت ويايا
ياه بعد سنين شوق وحنين الاقيك هنا معايا
Wahai hatiku yangmenyerumu
Aku harap kita akan bersama
Oh selepas bertahun cinta dan rindu
Aku bertemu denganmu di sini

• ياه ضمني ليك ده انت حبيبي حياتي ليك
وهاعيش عمري عشان عينيك وعمري فداك
Kekasihku! Peluklah daku
Kaulah kekasihku
Hidupku hanyalah untukmu
Aku hidup kerana cahaya matamu
Hidupku akan kupertaruhkan untukmu

• ياه قلبي نداك واتمناك تبقى انت ويايا
ياه بعد سنين شوق وحنين الاقيك هنا معايا
Wahai hatiku
Aku menyerumu
Aku harap kita akan bersama
Selepas bertahun
Rindu dan cinta
Aku bertemu denganmu di sini

• هواك هو الحياة وأنت اللي أنا بعشق هواااااااه
كان قلبي مناه أجمل ملاك يكون معااااااااه
Cinta adalah kehidupan
Dan engkau hanyalah untukku
Aku rindu akan cintamu
Hatiku menginginkanmu
Wahai kekasihku secantik malaikat
Aku akan bersamanya

• Hatiku Memanggilmu
ليك أنا ملك ليك تعالى قرب ضمني محتاجة ليك
ليك وروحي فيك يا حب عمري انا عمري كله هأعيشه ليك
Bagiku aku milikmu datang dekat padaku
Peluklah aku
Aku perlukanmu
Bagimu dan rohku di dalam dirimu
Wahai kekasih hidupku
Hidupku hanyalah untukmu
Aku hidup untukmu
Dicatat oleh AI

ANDAIKU TAHU




Aku juga manusia biasa,
Punyai hati yang dapat merasa,
Zahirnya aku ...diriku......jua,
Tapi batin di dalam menangis meronta-ronta..

Dugaan datang menimpa-nimpa,
Terkadang aku lemah dan berputus asa,
Meraung diri ini meminta diambil saja nyawa,
Tetapi mampukah aku menghadapi azab neraka

Kesepian mengheret aku pada kisah lama,
Kesunyian membawa aku pada cerita duka,
Kesedihan itu hanya aku yang rasa
Sesaat ku terkenangkan peristiwa silam,
Hati ini bagai dicucuk dgn pisau tajam..
Kesakitan itu membuat mataku terpejam

Aku tak punya apa,
Bukan ku pinta simpati dari sesiapa,
Cuma terimalah aku seadanya,
Yang kekurangan dari segala benda..

MENITI HARI



Dalam meniti hari
beningnya cahaya pagi
selembut sutera kasih
kicau burung menyeri
jernih embun memikat hati
kasihmu nan syahdu
utusan laguan rindu
mengalun lena mimpiku..

Dalam meniti dhuha
ku masih disejadah
tanganku tadah memohon doa
andai rezeki di langit turunkanlah
andai rezeki dibumi keluarkanlah
andai jauh dekatkanlah
andai susah mudahkanlah
Engkaulah yang maha pemurah

Dalam meniti dinihari
telah jauh ku melangkah
peluh memercik sudah
terik membahang di kepala
ada hikmah dalam nikmatNya
ada nikmat dalam rahmatNya
ada limpahan kasih sayangNya
ada mutiara takwa dalam redha

Dalam menunggu sore ini
biar usah kita nyatakan
ketulusan bukan pada ungkapan
biar usah banyak bicara
andai ia menyiat luka jiwa
biar ku simpan di hati ini
ku pasti Allah mengetahui
betapa ku mengingati dan merindui..

Dalam menanti senja
tetiba gerimis menyapa
usahlah rajuk membuta
usahlah lagi prasangka
ku masih setia menanti
cantiknya kunjungan pelangi
meski sekejap aku redha
kerana telah tersurat sudah..

ANDAIKU TAHU


ANDAIKU TAHU



Aku juga manusia biasa,
Punyai hati yang dapat merasa,
Zahirnya aku ...diriku......jua,
Tapi batin di dalam menangis meronta-ronta..

Dugaan datang menimpa-nimpa,
Terkadang aku lemah dan berputus asa,
Meraung diri ini meminta diambil saja nyawa,
Tetapi mampukah aku menghadapi azab neraka

Kesepian mengheret aku pada kisah lama,
Kesunyian membawa aku pada cerita duka,
Kesedihan itu hanya aku yang rasa
Sesaat ku terkenangkan peristiwa silam,
Hati ini bagai dicucuk dgn pisau tajam..
Kesakitan itu membuat mataku terpejam

Aku tak punya apa,
Bukan ku pinta simpati dari sesiapa,
Cuma terimalah aku seadanya,
Yang kekurangan dari segala benda..

Jangan Bersedih

"JANGAN BERSEDIH! ALLAH BERSAMA KITA"Jika saat ini anda sedang bersedih hati,maka berbahagialah anda sekarang juga.Karena kesedihan anda saat ini adalah pertanda bahwa anda akan berbahagia di saat nanti.Berbahagialah karena telah datang kabar gembira kepada anda bahawa di setiap kesedihan pasti ada kebahagiaan. "karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhya sesudahkesulitan itu ada kemudahan".(Q.S al Insyirah:6 & 7) "Sesuatu yang baik,belum tentu benar.Sesuatu yang benar, belum tentu baik.Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus."



Aku Nak Tidur Sampai Lelap






Kaulah yang kena pada hatiku
Yang bercantum dengan mindaku
Kaulah cinta dan kekuatan aku
Tidurlah dengan lelap!

Kaulah cinta dan kekuatan aku,
Cahaya dalam perjalananku
Apa yang kujanjikan kehidupan
Tidurlah dengan lelap!

Apa yang dijanjikan kehidupan
Teryata semakin sia-sia
Segala cita-cita masa muda
Tidurlah dengan lelap!

Segala cita-cita masa muda
Tentang kebahagiaan hidup
Dipenuhi oleh nasib
Tidurlah dengan lelap!

Dipenuhi oleh nasib
Dalam satu bayangan sahaja
Satu matahari bercahaya
Tidurlah dengan lelap!

Satu matahari bercahaya
Girang menyinari aku
Meskipun badai menimpa
Tidurlah dengan lelap!

Meskipun badai menimpa
Melalui angin dan petir
Layarku melaju terus
Tidurlah dengan lelap!

Hujan



Langit menangis lagi petang ini. Setiap petang sejak dua minggu lepas. Kalaulah di rumah...bestnya boleh tarik selimut.




"Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman."(Al Quran Al Karim Surah Al An'aam ayat 99).
Rindunya nak main hujan...

Aku takda memori sangat hidup dengan abah. Dia pergi meninggalkan aku waktu umur aku 7 tahun.  Tapi arwah mama selalu cerita pasal abah kat aku. Mama pernah cerita, dulu abah naik basikal pergi kerja. Dari Anak Bukit ke Hospital Alor Setar setiap hari. Mama pun sama. Naik basikal jugak pergi keja. Kata mama, dulu jalan sunyi. Kalau keja malam memang takot juga nak naik basikal. Tapi sebab nak cari rezeki, dia gagahi jugak.
Bila mama lahirkan aku, abah dah tak naik basikal lagi. Kata mama, doktor tak kasi. Mama pun tak naik basikal lagi. Dorang dah mula naik bas. Aku tanya mama, kenapa tak beli motor ja. Ye la, nak beli keta mana ada duit kan. Mama kata abah takut naik motor.
Ada skali dulu time aku kemas2 rumah, aku terjumpa satu resit basikal. Arwah abang kata ni resit basikal religh abah. Aku tanya kenapa basikal murah sangat, sebab aku tengok resit tu tulis 10 ringgit kalau tak silap aku. Abang kata abah beli basikal hutang. So ini resit monthly installment. Terdiam aku sekejap.
Bila aku pikir-pikir balik, kalau la abah ada sekarang mesti dia bangga dengan penat lelah, kerja kuat dia  membesarkan aku. Mesti dia kata, berbaloi dia beli basikal harga RM80 ringgit hutang sebagai transport ke tempat kerja demi membesarkan kami adik beradik.
Bila aku drive balik time hujan2, aku terpikir cemana la mama ngan abah pergi keja naik basikal kalau hujan2 gini. Aku beli keta hutang, abah beli basikal hutang.. uh!betapa susahnya kami dulu.
Aku bersyukur Allah telah izinkan mobiliti sosial berlaku dalam keluarga aku. Dari mak ayah aku seorang attendant hospital kumpualan C, anaknya yang seorang ni ditakdirkan menjadi pegawai kumpulan A. Betapa payahnya seorang mama dan abah membesarkan aku sehingga aku diletakkan Allah ke tahap ini.
Aku sentiasa sedar diri dari mana aku datang. Aku sedar asal usul aku. Aku bangga bercerita siapa abah dan mama aku. Biarpun mereka bukan seorang yang kaya raya, Dato’2, Tan Sri2, aku tetap bangga menjadi anak mereka.
Aku bercerita bukan dengan niat membangga diri, walau pernah ada orang menganggap aku sedemikian. Demi Allah tidak ada sekelumit niatpun. Aku cuma mahu berkongsi cerita dan pengalaman. Aku mahu kalau2 cerita2 aku boleh dijadikan panduan hidup untuk siapa2 yang mahu.
Pernah ada yang menghina aku kerana aku datang dari keluarga miskin. Aku tak kisah. Aku lebih rela dihina manusia daripada dihina Allah disana kelak. Cakaplah apa saja tentang kemiskinan keluarga aku. Sedikitpun aku tak pernah merasa malu. Biar aku miskin harta tapi aku mahu kaya jiwa.
Ada satu perkara sahaja aku berani mendabik dada
Dengarlah wahai sekalian alam
Rezeki aku tidak pernah ada didalam tangan siapa-siap kecuali Allah azzawajalla. Dia Maha berkuasa memberi, Dia juga berkuasa menarik kembali pemberian.
titik.

Penyakit Ego


Apabila seseorang manusia itu alim iaitu banyak ilmu dan lebih dari orang lain sama ada ilmu dunia dan akhirat, dan apabila seseorang itu berpangkat besar atau bila seseorang itu otaknya lebih daripada orang lain atau bila seseorang itu kaya atau keturunan mulia dan ternama seperti raja, ulama, orang besar dan bila seseorang itu berkelulusan tinggi dan bila seseorang perempuan itu cantik dan bila seseorang lelaki itu gagah maka rasa tinggi diri, sombong, angkuh dan takabur hingaplah pada hatinya. Sedar atau tidak sedar, sengaja atau tidak sengaja. Sebab apabila seseorang itu mampu, berkebolehan, berjaya, istimewa, lebih dari orang lain maka lenyaplah rasa kekurangan, kelemahan dan kehambaan diri kepada Allah SWT dari hati nuraninya.


Maka ruang yang kosong itu segera pula diisi oleh rasa hebat, rasa besar, rasa istimewa, rasa tuan bahkan rasa Tuhan. Apabila hati sudah jadi begitu meninggilah diri dengan yang lain, memandang rendah sesama hamba Allah, jijiklah dia terhadap manusia yang lemah dan hina maka sombonglah ia , angkuh dan takaburlah ia, aama ada secara sengaja dan dirancang ataupun bukan secara dirancang dan tidak disedari. Sebab ada orang apabila tahu dia istimewa maka dia pun mengaturlah hidupnya sebagai orang yang istimewa dan berusahalah dia menjaga statusnya.


Sebaliknya ada pula orang yang sedar keistimewaan dirinya tetapi kerana dia faham ajaran Islam maka tidaklah mahu ia membesar-besarkan dirinya. Tapi oleh kerana taqwanya lemah maka dia tidak dapat mengawal nafsu yang sudah rasa istimewa itu dari bertindak dengan perangai orang-orang yang sombong dan takabur dan dia tidak mahu sebab dia tahu sikap itu dosanya besar tetapi dia tidak dapat melawan nafsunya. Maka termasuklah juga ia di dalam senarai orang yang sombong, ego dan takabur.


Sifat mazmumah (yang sangat dibenci) oleh Allah ialah penyakit ego (sombong) sebab ego itu membawa implikasi yang sangat buruk. Iblis laknatullah kerana penyakit ego telah derhaka kepada Tuhan. Firman Allah:-


Terjemahannya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang kafir". (Surah Al-Baqarah : 34 )



Kerana merasa dirinya lebih istimewa daripada Adam, dia lebih mulia, lebih pandai, lebih senior dalam syurga maka sepatutnya dialah yang menjadi ketua dan orang lain sujud kepadanya. Tiba-tiba Allah meminta dia sujud pada Adam yang dipandang rendah itu, hatinya menolak dia lupa bahawa dia hamba Allah, keistimewaan itu pemberian Allah yang mana kalau Allah tarik kesemuanya kembalilah ia selaku hamba yang dhaif.


Hatinya yang sudah dikuasai rasa hebat diri itu sudah cukup keras hingga dia tidak dapat sujud ketika Allah perintahkan ia berbuat begitu. Sombongnya ia dan mendapat kemurkaan Allah lalu Allah menarik balik pinjamanNya kepada Iblis lantas dihukum buang dari syurga ke satu tempat buangan yang susah dan hina iaitu di dunia ini.


Namun Iblis sangat sombong sudah dihukum pun dia tidak mahu merendah diri juga bukannya dia minta ampun dengan Tuhan untuk sujud pada Adam malah dimintanya untuk menghasut dan menggoda manusia supaya manusia semua kufur dengan Allah dan masuk neraka. Pernah juga Iblis memberitahu Nabi Musa a.s yang dia ingin bertaubat lantas Nabi Musa bertanya kepada Allah bagaimana caranya Iblis boleh bertaubat. Allah berfirman minta dia sujud di kubur Nabi Adam, mendengar itu dengan sombongnya Iblis pun bangun dan berkata. 'waktu Adam hidup pun aku tidak sujud padanya inikan pula waktu dia sudah mati! tidak jadilah aku bertaubat', kata Iblis.


Begitu sekali kesombongan Iblis, dia cukup kenal Allah, sudah nampak api neraka namun kesombongannya membuatkan dia pandang kecil pada Allah. Maka sekarang Iblis pun mengamuklah di tengah manusia untuk menjahanamkam anak cucu Nabi Adam agar semuanya masuk neraka bersamanya.



Berapa ramai hari ini orang yang hatinya sudah jadi seperti hati Iblis. Merasa diri istimewa hingga memandang rendah pada orang lain, kalau ditegur melenting bahkan mencabar orang yang menegur hinggakan demi memuaskan hati sanggup melakukan dosa-dosa yang boleh tercampak diri ke neraka. Allah berfirman dalam Hadis Qudsi:


"Kibir atau sombong itu selendangKu. Sesiapa yang memakai selendangKu nescaya dia tidak akan mencium bau syurga".


Itulah sombong namanya iaitu perangai Iblis, akhlak terkutuk dan siapa memilikinya maka nerakalah tempatnya. Rasulullah SAW dan para sahabat serta para ambia' dan solehin (orang soleh) sangat tawadhuk orangnya yakni merendah diri sesama manusia. Firman Allah dalam Al-Quran:


Terjemahannya: "Telah lahir Rasulullah di kalangan kamu, sangat susah dengan kesusahan kamu dan menginginkan keselamatan bagi kamu dan penyayang dengan orang-orang mukmin". (Surah At-Taubah:128)


Itulah hati orang yang tawadhuk yang rasa dirinya hamba Allah dan orang lain adalah saudara-saudaranya yang dikasihinya. Dia tidak merasa dirinya lebih dari orang lain walaupun dia telah diangkat oleh Allah menjadi kekasih Allah manusia paling mulia dan paling tinggi pangkatnya, terkenal namanya, luas pengaruhnya tetapi dia rasa dia hamba Allah seperti juga orang lain. Kalau dia tidak mahu susah orang lain pun tidak mahu susah, kalau dia tidak mahu dimalukan, dimarah, dicaci dan dihina orang lain pun begitu juga. Kalau dia suka kepada keselamatan dan kebahgiaan maka orang lain pun turut demikian.


Begitu dia menimbang perasaan orang sebab dia mengasihi orang lain seperti mana dia kasihkan dirinya. Hasilnya Rasulullah sangatlah menyayangi dan menghibur sahabat-sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Pada orang yang memusuhi beliau didoakan,


"Wahai Tuhan berilah petunjuk kepada kaumku kerana mereka tidak mengetahui". Sebab itu Rasulullah boleh duduk dan bermesra dengan kasih sayang dengan orang-orang miskin dan orang-orang kekurangan malah baginda memohon kepada Allah : "Jadikanlah aku orang miskin, matikanlah aku dalam kemiskinan dan masukkanlah aku dalam syurga bersama-sama orang-orang miskin". (Hadith Riwayat Tarmidzi)


Begitu hati Rasulullah dia tidak rasa yang dia istimewa dan hebat walaupun segala keistimewaan Allah limpahkan kepadanya, Sebab padanya keistimewaan itu semuanya hak Allah kerana itu baginda cukup hati-hati dengan nikmat itu malah dia takut ketika isterinya Siti Aisyah Ummul Mukminin bertanya."kenapa tuan bersusah-payah begini sekali beribadah pada Allah hingga bengkak-bengkak kaki dan terjatuh-jatuh? bukankah tuan sudah dijamin selamat di akhirat bahkan disediakan syurga paling tinggi untuk tuan?".


Lantas dijawab baginda,"terpulanglah pada Tuhan untuk buat atau beri apa saja pada hamba-Nya ini, namun aku adalah hamba-Nya yang lemah dan kurang segala-galanya yang patut menyerah diri sepenuhnya pada Tuhanku itu". Didalam kitab diriwayatkan suatu kisah bagaimana Alah bertanya kepada pesuruh-pesuruh-Nya: "Musa, engkau siapa?" Jawab Nabi Musa,"Ana Kalamullah". "Ibrahim, engkau siapa?" Jawab Nabi Ibrahim,"Ana Khalilullah". "Isa, engkau siapa?" Jawab Nabi Isa, "Ana Rohullah". Kemudian Allah bertanya kepada Nabi kita,"Muhammad, engkau siapa?" Jawablah Rasulullah dengan rendahnya."Ana yatim". terus Allah menyahut,"Engkau kekasihku, Habibullah".


Orang yang merendah diri Allah angkat setinggi-tingginya. Rasulullah boleh makan sedulang dan duduk sebelah-menyebelah bertindih lutut dengan orang dusun yang selekeh, miskin, fakir di majlis makan baginda. Baginda bagaikan seorang ayah yang kasihnya lebih pada anaknya yang cacat dan lemah.


Itulah Nabi kita yang patut kita contohi dan hayati agar benar-benar kita menjadi pengikutnya dan pewarisnya. Dan rupanya roh baginda yang terus hidup itu memandang kita dengan penuh kasih rindu dan supaya disyafaatkan kita nanti di hari kiamat.


Sayidina Abu Bakar habis harta bendanya dikorbankan untuk perjuangan Islam kemudian dia berkata,"Yang tinggal padaku hanyalah Allah dan Rasul dan aku merasa cukup dengan keduanya. Sayidina Umar yang keras dan tegas melaksanakan hukum Allah berkata,"Sekiranya diberitahu bahawa semua orang masuk syurga kecuali seorang maka aku rasa akulah yang seorang itu". Dia merasakan dialah yang paling banyak dosa sebab itu dia sangat merendahkan diri pada rakyatnya. Ditanggungnya guni gandum di belakangnya dan dibawa ke rumah seorang janda bersama anak-anaknya yang ketiadaan makanan. Khadamnya meminta agar dialah yang menanggung guni gandum itu lantas dijawab Sayidina Umar."Bukan engkau yang akan menanggung beban tanggungjawab di akhirat nanti".


Kesombongan manusia hari ini jarang dimuktamarkan sedangkan itulah punca bagi segala krisis di dunia ini. Penyakit yang bahaya ini jika dibiarkan melanda dunia tanpa usaha untuk mengubatinya maka akan ranplah dunia ini nanti dikerjakan oleh manusia yang sudah mengikut telunjuk dan sikap Iblis itu. Bila-bila masa saja Allah boleh hantar penyakit-penyakit bahaya pada kita bahkan bila-bila masa Allah boleh miskinkan kita jika Allah mahu.


Sepatutnya kita takut dengan Allah, bila terbuat perangai sombong segeralah bertaubat jangan sampai Allah murka. Namrud yang kononnya hendak lawan Allah, baru nyamuk masuk telinga terus ke kepala bermain-main di dalam otaknya itupun tewas terus mati masuk neraka. Firaun yang sombong mengaku dirinya Tuhan maka Allah belah lautan tenggelamlah ia mati dek air jadi bangkai yang tercampak.


Apalah dibanggakan kehebatan kita itu, dia tidak menyelamatkan kita malah mungkin kalau salah gayanya sebab nikmat itu boleh jatuh di dunia apalagi di akhirat........jatuh neraka hidup menderita. Kitakan dari setitis mani, air mani itu kan hina? kalau jatuh ke air itik pun tidak sudu di daratan ayam pun tak patuk. Maka kalau kita mahu sedar diuntung patutnya kita selalu menghinakan diri kita dan merasa hina untuk Allah sehina air mani. Kemudian bermurah hati dengan manusia, hiburkan manusia sebagaimana kita suka dihiburkan barulah orang suka dengan kita.


Katakan selalu pada diri:


"Wahai diri, engkau bagaikan sampah yang selau menyusahkan orang. Bila-bila masa Allah boleh buangkan engkau ke dalam bakul sampah-Nya iaitu Neraka Jahannam".


Dan selawatlah pada Nabi sebanyak mungkin setiap masa sebagai ubat untuk melembutkan hati.


"Tuhanku, aku tidaklah layak untuk syurgamu tetapi aku idak pula sanggup menanggung siksa nerakamu oleh itu kurniakanlah keampunan kepadaku.....ampunkanlah dosaku bahawa sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar".

Sang Pejuang yang Terluka Parah

 Sang Pejuang yang Terluka Parah

Kembali dari perjalanan yang jauh terpenuh sesat
dalam lesu tanpa upaya mengheret kakipun
hanya kayu mati menongkat tempang diri
kutemu seorang pejuang yang terluka parah

Darah yang mengalir dari lukanya
telah kehitaman
Balur dan lelah terpenuh seluruh diri
mengalirkan nanah
Patah riuk kakinya bertopangkan senapang kehabisan peluru
Tanpa topi pelindung kepala.

Berikan aku seteguk air, pintanya.
Rakus dia habiskan bekal air terakhirku.
Rawatlah aku untuk kembali bertempur
pohonnya berkali.

Aku terduduk di rumput kering
Menyandarkan belakang ke pohon tak berdaun
Meneliti diri sendiri
Tatih ini berbantukan dahan mati yang kukutip di perjalanan
Keluar dari sesat kuharung onak duri
meredah jalan pulang nan berliku
Lelasnya berbekas di betis
Masih tertusuk duri tak terbuangkan
Masih berbekas calar pedihnya
Upaya diri hanyalah sisa.

Duhai Sang Pejuang yang cedera parah,
aku telah lelah untuk terus berlari
aku sudah letih menghayun langkah
Di bawah pohon terpenuh ranting ini
sama-sama kita membalut luka
Sambil bercerita tentang harapan
sebelum menyambung perjalanan
sebelum kembali ke medan perang.

Seandainya Aku Mati Maafkan Aku



Wahai teman
ke manakah jalan hidupmu?
apakah ke laluan yang terang benderang,
atau ke lorong yang gelap dan kelam?
atau mungkin…
kau ingin menyelusuri laluan samar berkabus
penuh keraguan dan ketidakpastian?
Wahai teman
masa muda itu singkat
kematian itu dekat
masa lalu takkan kembali
yang ada hanya kini dan masa depan
berbuatlah sesuka hatimu sekarang
jika kau ingin sengsara di hari kemudian
Wahai teman
tatkala engkau merasa tersisih
ingatlah pesanku, percayalah kataku
bahawa dirimu terlalu istimewa
dan tak layak untuk engkau berputus asa
kerana Tuhan sentiasa ada
mendengar dan melihat segala
Wahai teman
tahun demi tahun berganti
saat demi saat tak pernah terhenti
cuma satu kupinta darimu
tetapkanlah matlamat hidupmu
laluanmu akan menjadi mudah
Wahai teman
jangan merasa berat dengan pesanku
kerana aku kasih dan sayang padamu
dan aku ingin…
agar kau kasih pada Tuhan dan Rasulmu

Kasih KeluargaKu


Tidak seorang pun yang mengingini keperitan hidup tetapi itulah yang ku lalui bersama keluargaku. Naman ku anggap itu sebuah cabaran bagi diri untuk mengharungi kehidupan seterusnya.
   Semenjak aku dilahirkan cuma secebis kasih seorang ibu. Ayahku telah lama dijemput Ilahi. 
Suka duka yang dilalui bersama ibu menjadikan aku pasrah dengan dengan kenyataan, aku tabah demi menyusuri hari-hari. Aku mengerti perasaan seorang ibu berhasrat untuk melihat anaknya berjaya malah membalas jasa kepadanya suatu hari nanti. Aku dan adik beradik disekolahkan demi untuk menerima pendidikan. Akhirnya adik beradikku dapat meneruskan pelajaran dan ada yang sudah berjawatan.
   Apa yang berlaku seterusnya, yang membuatkan aku terharu malah mengguris perasaan ibu yang bersusah payah membesarkan anaknya, abangku sulung yang telah berjawatan mendirikan rumah tangga tanpa pengetahuan ibu. Dengan sewenangnya lupa akan tanggungjawabnya. Dia tidak menghiraukan ibu dan adik beradik yang lain.
   Sikapnya yang keras membuatkan ibu jatuh sakit. Ketika ini aku terpaksa membantu ibu untuk mendapatkan rawatan sehinggalah ibu sembuh.
   Setelah aku menamatkan pelajaran di peringkat menengah, aku berpeluang untuk melanjutkan 
pelajaran di peringkat atas. Demi hasrat ibu, aku teruskan perjuangan. Ketika ini aku terpaksa 
berpisah dengan ibu kerana aku ditempatkan di asrama.
   Mungkin dugaan dari Allah, abang Ngahku jatuh sakit. Ibu terpaksa berusaha untuk menyembuhkan penyakit abang Ngah, malangnya penyakit abang Ngah semakin kritikal dan dimasukkan ke hospital. Setelah beberapa rawatan, sakit abang Ngah tidak dapat disembuhkan kerana mempunyai kaitan dengan otak.
   Sudah jatuh ditimpa tangga, ibu pula jatuh sakit buat kali kedua. Ketika masa yang sama, aku masih menyambung pengajian di peringkat atas. Hanya dapat ku lakukan ketika itu dengan banyakkan berdoa agar penyakit ibu dan abang Ngah sembuh seperti sedia kala. Dugaan demi dugaan yang ditakdirkan Allah ke atas keluargaku... aku bersabar mungkin ada hikmah disebaliknya.
   Pada tahun 1995, inilah detik-detik malang bagiku, memilu dan meyedihkan yang tidak dapat tidak adik beradikku menerimanya dengan tabah, dengan linangan air mata aku cuba tabahkan diri ini. Aku masih ingat lagi ketika aku pulang untuk berhari raya, aku diberitahu tentang kehilangan ibu. Suasana muram dan kelam. Aku tidak tahu... Ya Allah.. apa yang berlaku, laporan polis telah dibuat. Kes pembunuhan yang melibatkan ibuku membuatkan aku terkaku, kaget dan terkasima... Inilah dugaan yang paling besar kepadaku
   Di pagi nan indah ibu selamat dikebumikan. Hanya doa dariku semoga bercucuran rahmat ke atasnya. Pemergian ibu dalam keadaan menyayatkan hati dan menjadi tanda tanya. Aku tidak sempat bertemu ibu buat saat-saat terakhir. Inilah yang membuatkan hatiku menangis. Takdir telah menyuratkan ibuku mesti pergi, takdir ini bukan kehendakku, namun aku harus redha.
   Setelah ketiadaan ibu, adik beradikku terpaksa menumpang kasih di rumah saudaraku sehingga aku menamatkan pengajian. Kasih ibu kasih sejati.. kasih saudara siapa yang tahu. Saudara yang ku harapkan untuk menumpang secebis kasih sayang, tidak sudi kami tinggal bersama mereka malahan lebih suka kami hidup bersendirian.
   Akhirnya, aku bertekad untuk menimba pengalaman. Aku tabahkan jua hati, ini adalah pendorong kepadaku. Hampir setahun aku berjuang di dalam dunia pekerjaan.
   Akhirnya, berbekalkan keputusan peperiksaan, ku fikirkan lebih cerah untuk masa depan aku tidak melepaskan peluang untuk menuntut di bumi Mesir.
   Kini sudah hampir setahun aku berada di bumi Ambia’, bumi yang penuh barakah. Ku pasakkan niat.. ku tanamkan azam.. untuk mencari keredhaan Ilahi dalam meneruskan perjuangan di persada ilmu. Ku hitung diriku betapa bertuahnya aku kerana menjadi pilihan Ilahi walaupun diuji dengan pelbagai dugaan. Sesungguhnya kehadiranku di sini begitu bermakna buat diriku yang kurang segala-galanya.
   Setinggi-tinggi kesyukuran ku panjatkan padamu Ilahi kerana kekosongan jiwaku terisi dengan nur Ilahi. 

Kuterlalu Menyintaimu

 Aku begitu mencintainya. Tak pernah ada orang lain ketika kami berpacaran, juga setelah menikah. Duniaku adalah dirinya saja. Tapi kini, aku merasa telah lelah.

Telah 4 tahun aku menikah. Anak satu, 2 tahun. Aku bekerja, suami juga. Kami sama-sama berkantor. Pulangku jam  4 sore, dan dia lebih malam, selepas atau sebelum maghrib. Tapi hal itu tetap membuat kami selalu dapat berkomunikasi, aku tak mengabaikannya, dia tak mengabaikanku. Masalahku cuma satu, kadang aku merasa lelah.

Mengapa lelah? Bukankah di rumah telah ada pembantu, yang juga menjaga dan merawat anakku? Ya. Yang kumaksud lelah di sini adalah aku merasa di rumah tangga ini sendirian. Suamiku terlalu mandiri. Dia tak pernah merasakan kesulitan apa pun.

Jika pulang, dia akan bermain sebentar dengan anakku, berbincang atau makan malam, lalu suntuk di ruang kerja. Sampai pagi. Dan selalu aku sendirian, menonton teve, berbicara dengan pembantu. Lalu tidur. Kadang aku ingatkan dia untuk tidur, tapi dia sibuk dengan meja gambarnya.

Tanpa terasa, sudah 4 tahun begitu. Empat tahun nyaris kami tak pernah berangkat tidur bersama. Juga bangun bersama. Aku membangunkannya ketika akan berangkat, karena aku masuk pukul 7 pagi, dia bisa pukul 8. Begitu terus. Terjadwal. Kadang, malam aku dia bangunkan, karena dia ingin "bermesraan". Dan kemudian aku tertidur lagi.

Aku merasa hal itu mulanya biasa. Tapi, ketika bergaul dengan teman-teman, dan mendengar cerita mereka yang lengkap tentang suami dan keluarga, aku mulai merasa ada yang salah.

Aku jadi sadar, betapa aku bergerak sendiri, suami bertidan sendiri. Soal air, listrik, bayaran pembantu, biaya rumah tangga, suami tidak pernah tahu. Benar dia selalu memberikan uang belanja yang cukup. Maksud aku, dia tidak pernah tahu berapa jumlah kesemua itu. Dia tak pernah tahu apakah telepon telah dibayar, listrik telah jatuh tempo, pembantu dapat bonus atau tidak. Semua urusanku. Dia tidak tahu harga susu anakku, mainan-mainannya, juga harga pakaian-pakaianku. Seperti aku juga, yang ternyata tidak tahu berapa harga handphonenya, komputer di ruang kerja, juga laptopnya. Aku juga tidak tahu harga sepatunya, bagaimana kredit mobil, kredit rumah, dan lainnya. Semua diurus suami.

Aku merasa ini aneh. Merasa aneh setelah aku tahu, bahwa tidak harus begitu menjalankan rumahtangga. Harus ada satu nahkoda, agar arah tetap jelas.

Aku jadi ingat, bahwa aku tidak pernah meminta bermesraan duluan. Dan kutahu kini, itu tidak wajar. Aku selalu menunggu, kadang sembari terkantuk-kantuk, sampai dia membangunkanku, untuk bercinta. Aku tak pernah menjadi subjek dalam hubungan suami istri kami, tapi objek. Jika suami butuh aku harus siap.

Kusadari kini, aku juga tidak pernah lagi orgasme setelah melahirkan. Dan aku tahu itu juga tidak benar. Selama ini aku menerima hal itu, sebagai bagian dari fungsiku sebagai istri. Asal suami puas, meregang-regang di atas tbuhku, aku pun merasa senang dan puas. Aku lega bisa membuat dia begitu. Itulah caraku untuk terus mencintanya. Terkata, dari teman-temanku, itu salah. Aku harus juga mendapatkan hal yang sama. Suamiku juga harus memberikan hal itu, sebagai tugas cintanya.

Selama ini, dia tak pernah tahu gajiku, dan aku tak memberitahunya. Kuanggap itu tak penting. Tapi kini aku tahu, suamiku seharusnya bertanya dan menghargai gajiku. Kuingat, selama ini dia memang tak pernah memujiku. Tak pernah memujiku. Ini gila. Aku berdandan, memakai baju baru, sepatu, bahkan membelikan baju untuk anakku, iya iya, benar, dia tak pernah memuji. Hanya melihat saja.

Aku jadi sadar, bahwa suamiku sesungguhnya tidak pernah masuk dalam kehidupanku. Tidak pernah terikut, terkait, bersama. Urusanku itu urusanku sendiri. Ajaib. Ya ya, dia bahkan tak pernah tahu kalau keponakanku telah bertambah, dan kaget ketika menyadari. Dia tak protes ketika pembantu kuganti. Dia tak merasa aneh dengan perabotan rumah yang susunan berganti. Suamiku seperti tak menyadarinya. Atau dia tak menganggap penting semua perubahan-perubahan itu.

Ya, iya, kini kudasari, kedamaian kami itu bukan hal yang wajar. Sangat amat tidak wajar. Bukan kelengangan yang asyik. Kami tak pernah bertengkar bukan karena saling memahami. Justru karena kami tak pernah bersama. Kami tak bertengkar karena kepentingan kami tak pernah bergesekan. Dia dalam dunianya, aku dalam duniaku. Gila, ini sungguh gila. Ini rumah tangga semacam apa? Ini bukan cara mencinta seperti yang aku inginkan!

Aku berusaha mendekatkan dunia kami. Sia-sia. Suamiku memang tak dapat terlibat atau dilibatkan. Dia milik dunianya, aku milik duniaku. Aku ingat, tak pernah sekalipun dia bertanya SMS yang kuterima, teleponm yang kudapatkan. Kukira itu karena dia percaya. Tapi tidak, aku sadar kini, itu bukan percaya. Itu tanda dia tak peduli. Aku mendapat telepon tengah malam pun, dia tak terganggu. Ya, itu tanda bahwa dia memang tak peduli.

Ya Tuhan, sesungguhnya dari apa rumah tanggaku ini dibangun? Di atas pondasi seperti apa? Mengapa aku tak menyadarinya, dan merasa semua aman, damai, sentosa? Mengapa kini aku terbuka, dan merasa betapa hidupku ini begitu datar, lelah, dan membosankan? Mengapa aku merasa lelah untuk menjadi istrinya?

Apakah aku meminta terlalu banyak? Rasanya tidak? Aku hanya ingin kami terlibat satu-sama lain, dia ada di duniaku, aku pun ada di dunianya. Aku hanya ingin menjadkan kami sebagai tim, yang bisa saling memberi dan berbagi, bukan dengan pembagian yang semacam kami jalani ini. Apakah aku salah berharap dapat berangkat tidur bersama, dipeluk, dan bangun lalu makan bersama? Apakah itu tuntutan yang mengada-ada?

Tuhan, bantulah aku mengatasi kelelahan ini, biar aku tetap dapat menjadi istri dalam kondisi apa pun, biar aku dapat terus menyelamatkan rumah tangga ini.

Hari Yang Paling Pedih


Malam ini, aku mampu menulis baris paling pedih.

Tulis saja, seperti, “Malam hancur berkeping-keping

Dan gugusan bintang biru merinding di kejauhan.”

Angin malam berpusar di langit dan bernyanyi.



Malam ini, aku mampu menulis baris paling pedih.

Dulu, aku mencintainya, dan kadang-kadang dia juga sama.

Melalui malam-malam seperti malam ini, aku memeluknya erat.

Aku menciumnya lagi dan lagi di langit yang tak bertepi.



Dia mencintaiku kadang-kadang, dan aku mencintainya juga—

Bagaimana bisa seseorang tidak mencintai matanya yang indah?



Malam ini, aku mampu menulis baris paling pedih.

Berpikir bahwa aku sudah tidak memilikinya—kehilangannya.

Mendengar malam yang hampa, jauh lebih hampa tanpa dia.

Dan bait ini jatuh ke jiwaku layaknya embun di padang rumput.



Apa ini menjadi masalah—cintaku yang tak mampu menjaganya.

Dan malam kembali hancur berkeping. Dan dia tak bersamaku.

Sudahlah. Dalam jarak seseorang bernyanyi di kejauhan.

Sementara jiwaku tak puas telah kehilangan dirinya.



Pandanganku mencari-cari seolah pikiranku berlari ke arahnya.

Hatiku juga menelisiknya, dan memang dia sudah tak bersamaku.



Malam yang sama penuh kabut di baris pepohonan.

Kami, di masa itu, sudah tidak lagi bersama.

Aku sudah tak lagi memilikinya, hanya saja, aku mencintainya.

Suaraku mencoba menemu angin dan membisikkan ini kepadanya.



Lainnya, ya, dia akan menjadi yang lain. Seperti ciuman sebelumnya

Keabaiannya. Tubuh mulusnya. Dan matanya yang dalam tak berdasar.

Aku tidak lagi mencintainya, itu pasti, tapi mungkin aku masih mencintainya.

Cinta memang begitu singkat. Dan melupakan butuh waktu yang panjang.



Karena melalui malam-malam seperti malam ini, aku memeluknya

Tak seharusnya aku tidak puas telah kehilangannya.



Berpikir ini akan jadi luka terakhir yang membuatku menderita.

Dan ini akan jadi baris terakhir yang aku tulis unutknya.